Selasa, 29 April 2025

Krisis Ukraina: Zelensky Melemah, Trump Kirim Ancaman Keras ke Putin

 


WARTALAPOR - Pertempuran antara Rusia dan Ukraina terus berlanjut meskipun ada harapan untuk gencatan senjata yang diinisiasi oleh Presiden AS Donald Trump. Konflik besar ini dimulai pada 24 Februari 2024 ketika Rusia menyerang Ukraina Timur, dengan Presiden Vladimir Putin mengklaim bahwa serangan itu bertujuan untuk merebut wilayah Donbass karena diskriminasi terhadap etnis Rusia dan keinginan Ukraina bergabung dengan NATO. 


Dalam perkembangan terbaru, Trump menjelaskan keyakinannya bahwa Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mungkin akan menyerahkan Krimea kepada Rusia sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata. Ia menyampaikan pendapat ini menjelang pekan krusial dalam negosiasi tersebut, setelah bertemu Zelensky di Vatikan. 


Trump juga menekan Putin untuk segera menghentikan tembakan dan menandatangani perjanjian perdamaian, memberikan batas waktu dua minggu untuk mencapai kesepakatan tersebut. Menyusul hal ini, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio turut menekankan pentingnya minggu ini dalam upaya ini. 


Korea Utara mengonfirmasi bahwa mereka telah mengirim pasukan ke Rusia untuk membantu mengusir serangan Ukraina, seiring dengan pengakuan Rusia atas kontribusi pasukan tersebut dalam pembebasan Wilayah Kursk. Kim Jong-un memerintahkan militernya untuk berjuang bersama Rusia, dan Putin menyatakan terima kasih kepada Korea Utara atas dukungan mereka. 


Di sisi lain, Rusia mendakwa seorang pria yang diduga terlibat dalam serangan bom mobil yang menewaskan seorang jenderal. Tersangka, Ignat Kuzin, mengaku bertindak atas perintah dari dinas keamanan Ukraina dan dijanjikan bayaran yang besar untuk aksinya. 


Militer Ukraina juga meluncurkan serangan besar-besaran menggunakan drone terhadap Rusia, khususnya di wilayah Bryansk. Namun, Rusia melaporkan bahwa mereka berhasil mencegat banyak drone, meski serangan tersebut menyebabkan kerusakan pada infrastruktur sipil dan korban jiwa. 


Selain itu, Rusia mengklaim bahwa Inggris merencanakan provokasi dengan kemungkinan penggunaan senjata kimia di Ukraina. Kepala Badan Intelijen Luar Negeri Rusia, Sergey Naryshkin, menuduh Inggris melakukan aktivitas permusuhan yang bertujuan untuk menjebak Rusia dan mengganggu upaya perdamaian Trump, yang berpotensi memperburuk situasi di kawasan tersebut.


McDonald's telah mengajukan banyak aplikasi merek dagang di Rusia yang sedang diperiksa oleh Rospatent. Ini memicu spekulasi tentang kemungkinan kembalinya McDonald's ke Rusia setelah perusahaan itu menarik diri pada tahun 2022 karena konflik Ukraina dan sanksi. Beberapa perusahaan lain tetap di Rusia dengan mengubah merek mereka. 


McDonald's mengajukan lebih dari 50 aplikasi merek dagang yang mencakup makanan dan minuman, dan telah mengonfirmasi bahwa daftar tersebut mematuhi hukum Rusia. Rospatent mulai meninjau pengajuan ini bulan ini. 


McDonald's keluar dari Rusia pada Mei 2022 dan menjual operasinya kepada Aleksander Govor, yang mengubah nama restorannya menjadi Vkusno i Tochka. Penjualan ini memberikan opsi bagi McDonald's untuk membeli kembali gerai dalam 15 tahun, dan perusahaan mengalami kerugian sebesar US$ 1,3 miliar.




Narasumber https://wartalapor.blogspot.com/

www.slot-500.org

www.slot1000k.com

www.bet-888.org